Mahathir Kembali Pimpin Malaysia
NusantaraGlobal – Pada Mei 2018, Mahathir Mohamad secara mengejutkan kembali menjadi Perdana Menteri Malaysia setelah memenangkan pemilu nasional. Ini merupakan kemenangan bersejarah karena Mahathir berhasil mengalahkan koalisi Barisan Nasional yang telah memerintah selama lebih dari enam dekade. Kemenangan ini juga menjadikan Mahathir sebagai perdana menteri tertua di dunia yang masih aktif menjabat, yakni pada usia 92 tahun.
Mahathir memimpin koalisi oposisi Pakatan Harapan yang beranggotakan beberapa partai besar, termasuk Partai Keadilan Rakyat (PKR) dan Democratic Action Party (DAP). Kemenangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan Najib Razak, terutama terkait skandal korupsi besar 1MDB yang mencoreng nama baik Malaysia di mata internasional. 
Kembalinya Mahathir ke tampuk kekuasaan membawa gelombang optimisme di kalangan rakyat Malaysia. Banyak yang melihatnya sebagai sosok yang mampu mengembalikan integritas pemerintahan dan memperbaiki kerusakan yang ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya. Pemilu 2018 disebut sebagai titik balik demokrasi Malaysia.
Latar Belakang Politik dan Pembentukan Pakatan Harapan
Sebelum kembali ke kekuasaan, Mahathir Mohamad pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia dari 1981 hingga 2003, menjadikannya salah satu tokoh politik paling berpengaruh di Asia Tenggara. Ia dikenal sebagai arsitek pembangunan ekonomi Malaysia modern dan tokoh nasionalis yang tegas terhadap intervensi asing.
Namun, dalam periode 2015–2016, Mahathir keluar dari partai lamanya, UMNO, karena tidak setuju dengan kepemimpinan Najib Razak yang terlibat dalam skandal 1MDB. Ia kemudian membentuk partai baru, Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu), dan bergabung dengan koalisi oposisi untuk menantang dominasi Barisan Nasional dalam Pemilu 2018.
Pakatan Harapan berhasil menyatukan berbagai elemen politik, termasuk kelompok reformis, nasionalis, dan minoritas etnis. Koalisi ini berjanji membawa transparansi, reformasi kelembagaan, dan penghapusan korupsi. Janji-janji tersebut mendapat sambutan luas dari pemilih muda dan kelas menengah urban yang haus akan perubahan.
Tantangan dan Harapan di Awal Pemerintahan Baru
Setelah dilantik, Perdana Menteri Malaysia Mahathir menghadapi berbagai tantangan besar, mulai dari menstabilkan ekonomi, mereformasi institusi pemerintahan, hingga memulihkan kepercayaan publik terhadap lembaga hukum dan keadilan. Ia juga harus menavigasi koalisi pemerintahan yang beragam dan memastikan kesatuan dalam kepemimpinan.
Salah satu prioritas utamanya adalah menyelidiki kasus korupsi 1MDB dan memastikan bahwa mereka yang terlibat diadili. Mahathir juga membentuk Dewan Penasihat Pemerintah yang terdiri dari ekonom dan pakar untuk memberikan rekomendasi kebijakan cepat dalam 100 hari pertama pemerintahannya.
Masyarakat Malaysia berharap besar terhadap kepemimpinan Mahathir yang dinilai tegas dan berpengalaman. Meski usianya lanjut, energi politik dan komitmen Mahathir terhadap perubahan memberi harapan baru bagi negara. Ia menjanjikan pemerintahan yang bersih, efisien, dan berorientasi pada rakyat.
Relasi Politik dengan Anwar Ibrahim dan Transisi Kepemimpinan
Salah satu aspek paling menarik dari kembalinya Mahathir adalah hubungan politiknya yang kompleks dengan Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri yang pernah dipenjarakan pada era kepemimpinannya. Dalam kesepakatan politik, Mahathir berjanji akan menyerahkan kekuasaan kepada Anwar setelah masa transisi yang disepakati bersama dalam koalisi.
Anwar, yang saat itu masih menjalani hukuman penjara karena kasus sodomi yang dinilai bermuatan politik, akhirnya menerima pengampunan penuh dan dibebaskan. Ini membuka jalan bagi rencana suksesi pemerintahan yang demokratis dan damai, sebuah hal yang jarang terjadi di banyak negara berkembang.
Namun, realisasi transisi kekuasaan ini tidak berjalan mulus. Muncul ketegangan internal dalam koalisi dan perbedaan visi politik antara faksi-faksi di dalam Pakatan Harapan. Meski begitu, keduanya tetap menunjukkan komitmen untuk menjaga stabilitas pemerintahan dan tidak mengulangi kesalahan masa lalu yang berujung pada krisis politik.
Dampak Internasional dan Pandangan Global terhadap Kepemimpinan Mahathir
Kembalinya Mahathir sebagai Perdana Menteri Malaysia tidak hanya berdampak di dalam negeri, tetapi juga membawa pengaruh besar dalam arena geopolitik Asia Tenggara. Mahathir dikenal sebagai tokoh yang vokal terhadap dominasi negara besar, terutama Amerika Serikat dan Tiongkok, dan konsisten menyerukan kemandirian negara-negara berkembang.
Dalam forum-forum internasional, Mahathir menyerukan perlunya reformasi sistem ekonomi global, penegakan hukum internasional yang adil, dan solidaritas antarnegara Asia dalam menghadapi tantangan bersama seperti perubahan iklim dan perdagangan global. Sikap ini menghidupkan kembali pengaruh diplomatik Malaysia yang sempat meredup.
Kepemimpinannya yang berani dan tegas membuat banyak negara melihat Malaysia sebagai contoh kebangkitan demokrasi dan perlawanan terhadap oligarki. Mahathir menjadi simbol perubahan damai yang langka di dunia politik, dan banyak pihak internasional memberikan penghargaan atas kiprah politiknya yang panjang dan penuh warna.
