Bandung – Bala alam banjir limpasan sempat melanda Kota Sukabumi pada Selasa (5/11) dahulu. Tak usang kemudian, tragedi yang meliputi banjir bandang, longsor, hingga pergerakan tanah pada permulaan bulan Desember melanda Kabupaten Sukabumi.
Banjir bandang yg disebabkan oleh luapan air Sungai Cikaso, beserta dengan efek tragedi yang lainnya, menjadi insiden terdahsyat dalam jangka waktu 10 tahun terakhir. Anggota Fraksi PPP DPRD Jawa Barat, Dedi Damhudi mengaku prihatin dengan tragedi banjir yang sempat menyergap Kota dan Kabupaten Sukabumi belum usang ini.
“Pertama, kita ikut prihatin atas tragedi alam yang telah terjadi. Innalillahi wa inaillaihi rajiun. Saya lantaran asal dari Sukabumi, dapil Sukabumi, aku ikut mengawasi dan memang kerusakan yang terjadi cukup berat, menerjang banyak wilayah,” kata Dedi yang yaitu anggota DPRD Komisi 1. 
“Kondisi terkini dibandingkan insiden dahulu, kini telah lebih baik. Jalan-jalan yang tadinya longsor, itu pengeruk seumpama beco sudah akan jalan. Saya lihat ada banyak jalan infrastruktur yang sudah dibangun, ada jalan provinsi juga yg sudah bagus, namun setelah insiden jalannya rusak parah hingga terbelah,” sambungnya.
Setiap tahun, warga Sukabumi memang dibentuk was-was dengan banjir ‘langganan’ yang melanda pada ekspresi dominan hujan. Dedi mengatakan, bahwa di Sukabumi yang jadi wilayah asal sekaligus dapilnya itu, kerap terjadi perubahan tanah.
baca juga : 3 Cara Dapatkan Subsidi dan Token Listrik Gratis Januari hingga Maret 2021
Beberapa rumah warga pun pernah direlokasikan dari titik di Sukabumi selatan, yg kerap bergeser tanahnya. Namun saat ekspresi dominan kemarau kemarin, perubahan tanah makin parah sehingga banyak tanah terbelah.
“Saat turun hujan deras, kan masuk ke sela-sela yg belah-belah itu, jadi membuat banyak terjadi longsor dan perubahan tanah luar biasa. Banjir juga tidak jarang terjadi lantaran dua faktor. Salah satunya pendangkalan sungai,” ucap Dedi.
“Sehingga waktu kecil, kalian suka main dan loncat dari atas pohon jambu untuk menyelam ke air sungai, lantaran debit air banyak dan sungainya dalam. Kalau kini nampak ada pendangkalan, jadi air cepat meluap,” sambung dia.
Selain itu, aspek yg lain merupakan keadaan alam yg telah kian rusak. Dedi yang juga Ketua DPC PPP Sukabumi itu menyampaikan, ada tugas insan yg menghasilkan kerusakan alam secara masif.
“Lalu tahun 90-an itu wilayah Jampang salah satunya, banyak penebangan pohon. Ya akhirnya kini salah satu hasilnya terjadi banjir. Sinkron firman Allah, tragedi alam itu terjadi lantaran akhir perbuatan tangan insan itu sendiri. Malaikat dalam surah Al-Baqarah juga telah wanti-wanti bahwa insan itu akan menghasilkan kerusakan di bumi,” katanya.
Maka, ada beberapa hal yg dapat dijalankan bagi menangkal banjir terjadi lagi. Salah sesuatu yang paling mesti disegerakan yaitu relokasi rumah-rumah di bantaran sungai. Kata Dedi, masih banyak warga yang membangun residensial di tepi sungai.
“Relokasi rumah di pinggir sungai. Itu perlu lantaran kondisi seumpama itu yang memungkinkan jangan ditinggali lalu. Kaprikornus mesti direlokasi, lantaran masih banyak itu yg tinggal di sana. Relokasi ini agar minimal kan tidak ada korban kalau pun terjadi banjir,” kata Dedi.
“Curah hujan tinggi niscaya potensi banjir itu ada, jadi direlokasi dahulu agar meminimalisir korban. Saat kalian ke sana (bantaran sungai), bekerjsama sudah diperingatkan juga warga mudah-mudahan tidak tinggal di sana. Butuh sosialisasi memang gampang-mudahan mereka rela pindah, namun sebelum itu ya pemerintah siapkan dahulu tempat tinggalnya,” imbuh dia.
Selain itu, ia juga menyinari perlunya dijalankan persiapan bencana. Pemerintah tak boleh cuma sekedar berpikir buat membangun infrastruktur tanpa mempertimbangkan pemeliharaannya.
Kerap kali adanya selokan atau ajaran air yang telah dibuat, tidak dipantau sehingga ketika ada sampah atau tanah yang masuk, tak dibersihkan. Dedi juga menyampaikan, aspek yang lain yg dapat menolong Sukabumi dalam jangka waktu panjang yaitu yaitu reboisasi.
“Pendangkalan sungai itu kerap jadi persoalan. Maka pemerintah perlu bersihkan, tergolong selokan yg sudah dibangun sedemikian rupa, namun sayang kalau salurannya tidak dipelihara. Lalu agar tak banjir ini memang agak sukar kalau tidak persiapan dengan reboisasi. Jangan hanya ditebang, namun juga jangka panjang mesti ditingkatkan reboisasinya. Ini yang selalu kami dorong ke Pemerintah Provinsi maupun Kota Kabupaten,” tutur Dedi.
