Joe Biden Menang Telak dalam Pemilu Presiden AS 2020
NusantaraGlobal – Pada 7 November 2020, Joe Biden secara resmi diumumkan sebagai pemenang setelah Joe Biden kalahkan Donald Trump dalam pemilu presiden Amerika Serikat, mengalahkan petahanan Donald Trump. pemilu ini menandai akhir dari salah satu pemilu paling menegangkan dan terbagi dalam sejarah politik AS. Biden meraih lebih dari 81 juta suara rakyat—rekor suara terbanyak sepanjang sejarah pemilu AS—dan mengamankan 306 suara elektoral, jauh melampaui 270 yang dibutuhkan untuk menang.
Pemilu 2020 digelar dalam situasi pandemi COVID-19, yang menyebabkan lonjakan pemilih melalui surat. Proses penghitungan suara berlangsung lebih lama dari biasanya, terutama di negara bagian yang sangat kompetitif seperti Pennsylvania, Georgia, dan Arizona. Hasil akhirnya menunjukkan kemenangan tipis Biden di banyak negara bagian kunci, yang sebelumnya dimenangkan Trump pada 2016.
Joe Biden, mantan Wakil Presiden era Barack Obama, menyampaikan pidato kemenangan dari kampung halamannya di Wilmington, Delaware. Dalam pidatonya, ia menyerukan persatuan dan penyembuhan nasional setelah bertahun-tahun polarisasi politik. “Saatnya untuk menyembuhkan Amerika,” kata Biden di hadapan para pendukungnya.
Donald Trump Menolak Kekalahan dan Gugat Hasil Pemilu
Meski hasil pemilu Joe Biden kalahkan Donald Trump telah diumumkan secara luas oleh media dan badan pemilu, Donald Trump menolak mengakui kekalahannya, dengan alasan terjadi kecurangan besar-besaran. Ia dan tim hukumnya mengajukan berbagai gugatan hukum di beberapa negara bagian, meskipun sebagian besar gugatan tersebut ditolak oleh pengadilan karena kurang bukti.
Trump juga menekan pejabat negara bagian dan lokal untuk membatalkan hasil pemilu atau menunda proses sertifikasi suara. Hal ini memicu kekhawatiran publik terhadap proses demokrasi dan transisi kekuasaan yang damai, sesuatu yang menjadi fondasi sistem politik Amerika Serikat. Tekanan ini juga menyebabkan gejolak politik dan protes dari kedua belah pihak.
Puncaknya terjadi pada 6 Januari 2021, ketika para pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol di Washington, D.C., saat Kongres bersidang untuk mengesahkan hasil pemilu. Peristiwa tersebut menjadi catatan kelam dalam sejarah demokrasi Amerika dan memicu kritik luas terhadap kepemimpinan Trump di akhir masa jabatannya.
Kamala Harris Catat Sejarah sebagai Wakil Presiden Wanita Pertama
Selain kemenangan Biden, Kamala Harris mencetak sejarah sebagai wanita pertama, orang kulit hitam pertama, dan keturunan Asia Selatan pertama yang menjabat Wakil Presiden Amerika Serikat. Keberhasilannya menjadi simbol penting bagi kemajuan kesetaraan gender dan ras dalam politik AS.
Kamala Harris, mantan jaksa agung California dan senator dari negara bagian tersebut, dikenal sebagai tokoh progresif dengan fokus pada isu keadilan sosial, reformasi kepolisian, dan hak-hak imigran. Selama kampanye, ia memainkan peran penting dalam menarik pemilih dari berbagai latar belakang, khususnya perempuan dan kelompok minoritas.
Kehadiran Harris di Gedung Putih membuka jalan baru bagi generasi pemimpin muda dan beragam di AS. Ia disebut sebagai calon kuat untuk masa depan Partai Demokrat, dan perannya dalam pemerintahan Biden diharapkan menjadi penghubung antara kebijakan moderat dan suara progresif dalam partai.
Respons Dunia terhadap Kemenangan Joe Biden
Kemenangan Joe Biden kalahkan Donald Trump disambut hangat oleh pemimpin dunia dari berbagai negara. Dari sekutu tradisional seperti Inggris, Jerman, Prancis, hingga mitra strategis seperti Jepang dan India, hampir semua memberikan ucapan selamat dan menyatakan harapan atas kembalinya kepemimpinan AS yang lebih stabil dan diplomatis di panggung global.
Banyak pemimpin menyambut baik janji Biden untuk kembali bergabung dengan perjanjian internasional seperti Paris Agreement dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang sebelumnya ditinggalkan oleh pemerintahan Trump. Komitmen Biden terhadap kerja sama multilateral memberikan sinyal positif bagi diplomasi global.
Namun, beberapa negara juga bersikap hati-hati, terutama yang memiliki hubungan tegang dengan AS seperti China dan Rusia. Mereka mengamati bagaimana arah kebijakan luar negeri Biden nantinya, terutama dalam isu perdagangan, keamanan siber, dan geopolitik. Meski demikian, kemenangan Biden diyakini membawa angin segar dalam hubungan internasional.
Tantangan Awal Pemerintahan Biden
Meski Joe Biden kalahkan Donald Trump, Joe Biden menghadapi tantangan besar sejak hari pertama menjabat. Krisis COVID-19 masih jauh dari usai, dengan jutaan warga AS terinfeksi dan dampak ekonomi yang parah. Biden segera mengumumkan rencana penanganan pandemi, termasuk distribusi vaksin secara nasional dan program bantuan ekonomi.
Selain pandemi, Biden juga harus mengatasi polarisasi politik yang tajam dan ketidakpercayaan publik terhadap institusi demokrasi. Ia mendorong agenda persatuan nasional, reformasi kepolisian, pengendalian senjata, dan penanganan perubahan iklim sebagai prioritas utama. Namun, Biden harus bekerja sama dengan Kongres yang terbagi antara Partai Demokrat dan Republik.
Pemilu 2020 telah mengubah lanskap politik Amerika secara signifikan. Dengan usia 78 tahun saat dilantik, Joe Biden menjadi presiden tertua dalam sejarah AS. Meski demikian, ia membawa pengalaman panjang dan jaringan politik yang luas, yang diharapkan dapat membantu Amerika Serikat pulih dan bersatu kembali dalam masa yang penuh tantangan ini.
