Sejak pandemi Covid-19 menyebar ke seluruh dunia, berbagai negara dan perusahaan farmasi berlomba-lomba mengembangkan vaksin. Tujuannya jelas: menekan penyebaran virus dan meminimalkan dampak fatal yang ditimbulkan. Beberapa vaksin pun akhirnya diumumkan ke publik dan mulai digunakan, dari Pfizer-BioNTech, Moderna, AstraZeneca, hingga Sinovac. Namun, dari sekian banyak vaksin itu, seberapa efektif sebenarnya vaksin-vaksin tersebut?
Untuk menjawabnya, kita bisa melihat hasil uji klinis serta data lapangan dari berbagai negara. Karena tiap vaksin punya karakteristik dan teknologi yang beda, tentu efektivitasnya juga bervariasi. Tapi yang paling penting, semua vaksin itu dirancang buat hal yang sama melindungi manusia dari gejala parah akibat Covid-19.
Melihat Efektivitas Vaksin Covid-19 yang Telah Diumumkan, dari Pfizer-BioNTech hingga Sinovac
Seiring dengan gencarnya kampanye vaksinasi, muncul juga pertanyaan soal mana vaksin yang paling efektif. Beberapa orang bahkan sempat ragu karena banyaknya informasi yang simpang siur. Tapi, data uji klinis yang dipublikasikan menunjukkan bahwa sebagian besar vaksin yang beredar saat ini mampu memberikan perlindungan cukup tinggi, walaupun tingkat efektivitasnya beda-beda.
Bukan cuma soal angka, efektivitas vaksin juga ditentukan dari bagaimana vaksin itu bereaksi terhadap varian virus yang terus bermutasi. Vaksin dengan efektivitas tinggi pada satu varian, bisa jadi lebih lemah terhadap varian baru. Oleh karena itu, melihat efektivitas vaksin secara keseluruhan perlu pendekatan yang komprehensif.
Pfizer-BioNTech: Salah Satu yang Paling Awal
Pfizer-BioNTech jadi salah satu vaksin pertama yang mendapat izin penggunaan darurat dari WHO. Vaksin ini menggunakan teknologi mRNA yang tergolong baru dalam dunia vaksinasi. Efektivitas awalnya mencapai sekitar 95% dalam mencegah gejala Covid-19, angka yang sangat tinggi pada masa awal pandemi.

Namun, seiring waktu dan munculnya varian-varian baru seperti Delta dan Omicron, efektivitasnya mulai menurun terutama untuk infeksi ringan. Meski begitu, vaksin Pfizer-BioNTech masih terbukti ampuh untuk mencegah gejala parah dan kematian. Booster juga menjadi solusi tambahan untuk menjaga kekebalan tetap optimal.
Moderna: Kembarannya Pfizer dalam Teknologi
Moderna juga menggunakan teknologi mRNA dan punya tingkat efektivitas yang hampir mirip dengan Pfizer. Berdasarkan uji klinis, Moderna mampu memberikan perlindungan hingga 94%. Selain itu, vaksin ini menunjukkan respons imun yang kuat bahkan terhadap varian baru, meski tetap ada penurunan efektivitas.
Yang menarik, beberapa studi menyebutkan bahwa durasi perlindungan dari Moderna sedikit lebih lama dibandingkan Pfizer. Namun, perbedaan ini tidak terlalu signifikan dalam penggunaan sehari-hari. Booster tetap disarankan agar kekebalan tidak menurun drastis.
AstraZeneca: Lebih Mudah Didistribusikan
Vaksin AstraZeneca dikembangkan menggunakan teknologi vektor virus, berbeda dengan mRNA. Salah satu keunggulannya adalah bisa disimpan dalam suhu kulkas biasa, jadi lebih mudah didistribusikan ke daerah-daerah terpencil. Efektivitasnya sendiri berada di kisaran 70%, tapi bisa meningkat jika jarak antar dosis lebih panjang.
Meski sempat dikaitkan dengan efek samping pembekuan darah yang langka, badan kesehatan dunia tetap menyatakan vaksin ini aman. Banyak negara juga terus menggunakannya sebagai bagian dari strategi vaksinasi massal. AstraZeneca punya peran penting terutama di negara-negara berkembang yang akses vaksinnya terbatas.
Melihat Efektivitas Vaksin Covid-19 yang Telah Diumumkan, dari Pfizer-BioNTech hingga Sinovac di Asia
Di kawasan Asia, vaksin Sinovac jadi salah satu yang paling banyak digunakan, terutama di negara-negara seperti Indonesia, Brasil, dan Turki. Vaksin ini dibuat menggunakan metode virus yang dilemahkan, teknik yang sudah lama dipakai dalam vaksin lain seperti polio atau hepatitis A.
Data dari uji klinis menunjukkan efektivitas Sinovac cukup bervariasi. Di Brasil, efektivitasnya sekitar 50%, sementara di Indonesia bisa mencapai 65%. Meski angkanya tidak setinggi vaksin mRNA, Sinovac tetap terbukti mampu mencegah gejala parah dan rawat inap.
Keunggulan Sinovac: Stabil dan Terjangkau
Keunggulan utama dari Sinovac adalah stabilitasnya yang tidak butuh suhu penyimpanan rendah. Hal ini memudahkan proses logistik, terutama di daerah yang fasilitas kesehatannya terbatas. Selain itu, biaya produksi dan distribusinya juga lebih rendah, jadi lebih terjangkau untuk negara-negara berkembang.
Yang tidak kalah penting, Sinovac jarang menimbulkan efek samping berat. Efek yang muncul umumnya hanya demam ringan atau nyeri di lokasi suntikan. Ini bikin vaksin ini jadi pilihan bagi kelompok yang rentan seperti lansia atau orang dengan komorbid.
Perbandingan Efektivitas Tidak Selalu Mutlak
Saat membandingkan efektivitas vaksin, perlu diingat bahwa angka-angka tersebut muncul dari konteks yang berbeda-beda. Faktor seperti lokasi uji klinis, usia peserta, dan varian virus yang sedang dominan sangat mempengaruhi hasil akhirnya. Jadi, tidak adil kalau membandingkan angka efektivitas secara langsung tanpa mempertimbangkan konteksnya.
Yang lebih penting dari sekadar angka efektivitas adalah perlindungan terhadap gejala parah dan kematian. Hampir semua vaksin yang telah disetujui mampu memberikan perlindungan itu, walaupun dengan pendekatan teknologi yang berbeda.
Pentingnya Booster dan Vaksinasi Lengkap
Satu hal yang jelas, vaksinasi tidak cukup hanya dengan satu atau dua dosis awal. Seiring berjalannya waktu dan terus berkembangnya varian virus, booster jadi kebutuhan yang tidak bisa dihindari. Vaksin booster membantu tubuh memperbarui pertahanan imun, terutama terhadap varian baru seperti Omicron.
Negara-negara yang sukses menekan angka kematian umumnya punya cakupan vaksinasi lengkap dan booster yang tinggi. Ini membuktikan bahwa vaksin, meski tidak sempurna, tetap jadi senjata terbaik melawan Covid-19.
Kesimpulan: Semua Vaksin Bermanfaat
Melihat efektivitas vaksin Covid-19 yang telah diumumkan, dari Pfizer-BioNTech hingga Sinovac, bisa disimpulkan bahwa masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Tapi, semuanya tetap memberikan perlindungan nyata terhadap dampak paling berbahaya dari virus ini.
Daripada terjebak membandingkan angka efektivitas semata, lebih baik fokus pada manfaat besar yang ditawarkan vaksin—mengurangi gejala berat, mencegah kematian, dan membantu masyarakat kembali hidup normal. Yang terpenting sekarang adalah memastikan vaksinasi terus berjalan merata dan masyarakat mendapat informasi yang akurat soal manfaat vaksin.