Teror Menyerang Dua Masjid
NusantaraGlobal – Pada tanggal 15 Maret 2019, dunia dikejutkan oleh serangan teroris bersenjata di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru. Serangan Teror Masjid ini terjadi saat umat Muslim sedang menjalankan salat Jumat, waktu di mana masjid dalam kondisi paling ramai. Dua lokasi yang menjadi sasaran adalah Masjid Al Noor dan Masjid Linwood, yang berjarak beberapa kilometer satu sama lain.

Pelaku, seorang pria kulit putih berusia 28 tahun asal Australia, dengan sengaja melakukan aksinya sambil menyiarkan langsung penembakan ke media sosial. Dalam waktu singkat, puluhan orang menjadi korban. Sebanyak 51 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka, menjadikan tragedi ini sebagai serangan teroris paling mematikan dalam sejarah Selandia Baru modern.
Aksi ini bukan hanya mengejutkan masyarakat Selandia Baru, tetapi juga memicu gelombang duka dan solidaritas dari seluruh dunia. Banyak pemimpin global mengecam keras tindakan tersebut dan menyatakan dukungannya terhadap komunitas Muslim yang menjadi korban serangan kebencian ini.
Kronologi Penyerangan dan Tindakan Pelaku
Serangan Teror Masjid dimulai sekitar pukul 13.40 waktu setempat di Masjid Al Noor. Pelaku memasuki masjid dengan senapan semi-otomatis dan mulai menembaki jamaah secara membabi buta. Ia sempat kembali ke kendaraannya untuk mengambil senjata tambahan sebelum melanjutkan aksinya ke Masjid Linwood, hanya dalam hitungan menit setelah serangan pertama.
Selama serangan, pelaku menggunakan kamera untuk merekam tindakannya dan menyiarkannya secara langsung melalui Facebook Live. Video ini dengan cepat menyebar di media sosial sebelum akhirnya dihapus oleh platform tersebut. Aksi brutal yang terekam secara nyata ini mengundang kemarahan publik dan mendorong desakan agar platform digital bertanggung jawab atas konten kekerasan.
Pelaku akhirnya ditangkap oleh pihak kepolisian di dekat lokasi setelah mencoba melarikan diri. Dalam mobilnya ditemukan lebih banyak senjata dan bahan peledak, yang menunjukkan bahwa serangan ini direncanakan secara matang dan bertujuan menimbulkan korban massal.
Respons Pemerintah Selandia Baru: Cepat dan Tegas
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, dengan cepat memberikan pernyataan publik yang kuat. Ia menyebut serangan ini sebagai “salah satu hari tergelap dalam sejarah Selandia Baru” dan mengutuk keras tindakan ekstremisme serta supremasi kulit putih yang menjadi ideologi pelaku. Pemerintah bertindak cepat dengan mengamankan lokasi dan memberikan dukungan penuh kepada para korban dan keluarganya.
Dalam waktu kurang dari sebulan setelah serangan, pemerintah Selandia Baru mengumumkan larangan atas senjata semi-otomatis dan senjata serbu, serta memperketat regulasi kepemilikan senjata api. Tindakan cepat ini mendapat pujian dari komunitas internasional sebagai langkah konkret dalam mencegah kekerasan serupa di masa depan.
Selain itu, pemerintah juga menyediakan dukungan kesehatan mental, dana bantuan, serta bantuan hukum untuk komunitas Muslim yang terdampak. Pendekatan inklusif dan empati dari pemerintah Selandia Baru memperlihatkan solidaritas nasional dalam menghadapi terorisme, dan memperkuat nilai-nilai keberagaman dalam masyarakat.
Solidaritas Dunia dan Dampak Global Serangan
Serangan Teror Masjid di Christchurch mengundang gelombang dukungan dari berbagai belahan dunia. Komunitas lintas agama mengadakan aksi solidaritas, doa bersama, dan penghormatan bagi para korban. Banyak warga Selandia Baru juga secara sukarela menjaga masjid-masjid lokal sebagai bentuk perlindungan dan dukungan moral.
Tokoh-tokoh dunia seperti Paus Fransiskus, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau turut menyampaikan belasungkawa. Media global menyoroti pentingnya melawan narasi kebencian dan mengedepankan toleransi antarumat beragama. Serangan ini menjadi pengingat bahwa intoleransi dan ekstremisme bisa muncul di mana saja, bahkan di negara yang selama ini dikenal damai.
Platform media sosial juga dikritik keras karena dianggap lamban dalam menghapus video serangan dan menyaring konten ekstremis. Sebagai tanggapan, berbagai negara memperkuat kerja sama dalam memantau aktivitas teroris online dan memperbaiki algoritma pendeteksi kekerasan digital.

Warisan dan Perjuangan Melawan Ekstremisme
Serangan Teror Masjid di Christchurch menjadi titik balik dalam pendekatan global terhadap terorisme berbasis ideologi supremasi kulit putih. Banyak negara mulai menyadari bahwa ancaman terorisme bukan hanya berasal dari kelompok agama tertentu, tetapi juga dari ekstremisme sayap kanan yang mematikan.
Pemerintah Selandia Baru memimpin inisiatif internasional yang dikenal sebagai “Christchurch Call”, yang bertujuan memerangi penyebaran ekstremisme online. Inisiatif ini didukung oleh puluhan negara dan perusahaan teknologi besar, termasuk Google, Facebook, dan Twitter. Tujuannya adalah menciptakan dunia digital yang lebih aman dari propaganda kebencian dan kekerasan.
Hingga hari ini, tragedi Christchurch dikenang sebagai simbol penting perjuangan melawan terorisme dan intoleransi. Komunitas global terus diajak untuk menjaga solidaritas, melindungi kelompok rentan, dan menanamkan nilai-nilai perdamaian serta saling menghargai di tengah keberagaman.