Latar Belakang Penarikan Pasukan AS dari Afghanistan
NusantaraGlobal – Setelah hampir dua dekade menduduki Afghanistan, Amerika Serikat secara resmi menarik pasukannya pada Agustus 2021. Keputusan ini diambil setelah kesepakatan damai antara AS dan Taliban pada Februari 2020 di Doha, Qatar. Taliban kuasai Afghanistan 2021 – Dalam kesepakatan tersebut, AS berjanji akan menarik seluruh pasukannya jika Taliban memenuhi beberapa syarat, termasuk mencegah kelompok teroris menggunakan wilayah Afghanistan sebagai markas.
Penarikan ini menjadi bagian dari kebijakan Presiden Joe Biden yang ingin mengakhiri “perang tanpa akhir” yang telah merugikan secara ekonomi dan menelan banyak korban. Meski beberapa pihak mendukung keputusan ini, banyak pula yang mengkhawatirkan keamanan dan stabilitas Afghanistan pasca-penarikan. Nyatanya, kekhawatiran tersebut menjadi kenyataan dalam hitungan minggu setelah pasukan AS mulai meninggalkan negara itu.
Ketika pasukan internasional mundur, Taliban dengan cepat merebut wilayah demi wilayah, termasuk ibu kota Kabul. Proses pengambilalihan ini terjadi jauh lebih cepat dari yang diperkirakan banyak analis militer. Hal ini menandakan lemahnya pertahanan pemerintahan Afghanistan dan minimnya kepercayaan rakyat terhadap struktur negara yang ditinggalkan oleh koalisi Barat.

Kejatuhan Pemerintahan Afghanistan
Pada 15 Agustus 2021, Kabul jatuh ke tangan Taliban tanpa perlawanan berarti. Presiden Afghanistan saat itu, Ashraf Ghani, memilih meninggalkan negaranya dan melarikan diri ke luar negeri. Kepergian Ghani menimbulkan kekosongan kekuasaan yang langsung diisi oleh Taliban, yang mengklaim akan membentuk “Emirat Islam Afghanistan”.
Pemerintah yang dibentuk dengan dukungan Barat runtuh dalam waktu singkat, menunjukkan betapa rapuhnya struktur birokrasi dan militer Afghanistan. Meskipun selama bertahun-tahun telah mendapat pelatihan dan dana dari negara-negara Barat, pasukan militer Afghanistan gagal memberikan perlawanan yang signifikan terhadap Taliban. Banyak tentara yang menyerah atau kabur tanpa perlawanan.
Warga sipil, terutama perempuan dan minoritas, menjadi kelompok yang paling cemas dengan perubahan kekuasaan ini. Mereka takut Taliban akan kembali menerapkan hukum syariah versi ekstrem seperti pada tahun 1996-2001, saat mereka terakhir memerintah. Kekhawatiran ini mendorong ribuan warga berbondong-bondong ke bandara Kabul untuk mencari jalan keluar dari negara tersebut.
Dampak Humaniter dan Reaksi Internasional
Taliban kuasai Afghanistan 2021 – Pengambilalihan Taliban menyebabkan krisis kemanusiaan yang serius. Ribuan warga Afghanistan terpaksa mengungsi ke luar negeri, sementara yang tertinggal menghadapi ketidakpastian hidup. Lembaga kemanusiaan melaporkan kekurangan makanan, obat-obatan, dan akses terhadap layanan kesehatan dasar di banyak wilayah.
Negara-negara Barat pun bereaksi dengan tergesa-gesa melakukan evakuasi besar-besaran, terutama terhadap warga negara mereka dan para staf lokal yang pernah bekerja sama dengan pasukan asing. Adegan dramatis terlihat di Bandara Internasional Hamid Karzai, di mana ribuan orang memadati landasan pacu, bahkan ada yang nekat bergelantungan di pesawat yang lepas landas.
Masyarakat internasional, termasuk PBB, Uni Eropa, dan negara-negara tetangga seperti Pakistan dan Iran, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas krisis tersebut. Namun, mereka juga menghadapi dilema: apakah harus mengakui pemerintahan Taliban atau menolaknya, sambil tetap memastikan bantuan kemanusiaan bisa masuk tanpa memperkuat rezim yang baru.
Posisi Taliban dan Janji-Janji Baru
Taliban kuasai Afghanistan 2021 – Taliban mengklaim bahwa mereka kini lebih moderat dibandingkan masa lalu. Dalam berbagai pernyataan publik, juru bicara Taliban menyatakan akan membentuk pemerintahan inklusif dan menghormati hak-hak perempuan “sesuai dengan prinsip Islam”. Namun, pernyataan ini belum sepenuhnya meyakinkan dunia internasional, karena masih banyak laporan pelanggaran hak asasi manusia di lapangan.
Pendidikan bagi anak perempuan dan hak perempuan untuk bekerja menjadi isu utama. Beberapa wilayah memang membuka kembali sekolah untuk anak perempuan, tetapi banyak yang masih membatasi akses mereka. Demikian pula, perempuan yang sebelumnya bekerja di sektor publik banyak yang dipecat atau diminta tinggal di rumah sampai ada “keputusan baru”.
Taliban juga berusaha mendapatkan pengakuan internasional dan akses ke dana luar negeri, terutama cadangan devisa Afghanistan yang dibekukan di luar negeri. Namun, negara-negara donor mengaitkan bantuan tersebut dengan syarat Taliban menunjukkan komitmen terhadap HAM, kebebasan pers, dan pemerintahan inklusif.

Masa Depan Afghanistan di Bawah Pemerintahan Taliban
Taliban kuasai Afghanistan 2021 – Masa depan Afghanistan masih sangat tidak pasti. Pemerintahan Taliban menghadapi berbagai tantangan, mulai dari isolasi internasional hingga krisis ekonomi yang memburuk. Dengan sistem perbankan yang lumpuh, inflasi tinggi, dan meningkatnya pengangguran, rakyat Afghanistan menghadapi kesulitan yang berat dalam memenuhi kebutuhan dasar.
Selain masalah ekonomi, ancaman dari kelompok ekstremis lain seperti ISIS-K juga menjadi momok. Serangan-serangan mematikan, termasuk pemboman terhadap masjid dan sekolah, menunjukkan bahwa Taliban belum sepenuhnya mengendalikan keamanan nasional. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan konflik internal di antara kelompok militan.
Jika Taliban gagal memenuhi janji-janji reformasi dan tidak mampu mengelola negara secara efektif, maka potensi kerusuhan sosial dan eksodus warga akan terus meningkat. Dunia internasional pun harus terus mencari jalan tengah antara membantu rakyat Afghanistan dan tidak melegitimasi pemerintahan otoriter.